Tinta
Editor
Fokus
Ibadah
Sirah
Muslimah
Akhlak
Surat
Pembaca
Komik
Koleksi
Sinar |
Abu Ubaidah al-Jarrah
Kelahiran dan perkembangannya:
Abu Ubaidah bin Jarah ra. lahir di Mekah, di sebuah rumah keluarga suku
Quraisy terhormat. Nama lengkapnya adalah Amir bin Abdullah bin Jarah yang
dijuluki dengan Abu Ubaidah. Abu Ubaidah adalah seorang yang berperawakan
tinggi, kurus, berwibawa, bermuka ceria, rendah diri dan sangat pemalu.
Beliau termasuk orang yang berani ketika dalam kesulitan, dia disenangi
oleh semua orang yang melihatnya, siapa yang mengikutinya akan merasa
tenang.
Masuk Islam dari sejak dini:
Abu Ubaidah termasuk orang yang masuk Islam dari sejak dini, dia memeluk
Islam satu hari setelah Abu Bakar sidik r.a. memeluk Islam. Dia masuk
Islam bersama Abdurrahman bin Auf, Usman bin Mazun dan Arqom bin Abil
Arqom di tangan Abu Bakar Sidik. Abu Bakar lah yang membawakan mereka
menemui Rasulullah saw. untuk menyatakan syahadat di depan beliau.
Abu Ubaidah sempat mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah saw. Dia
lah yang membunuh ayahnya yang berada di pasukan musyrikin dalam perang
Badar, sehingga ayat Al-Quran turun mengenai dia seperti tertera dalam
surah Al Mujadilah ayat 22.
Ertinya, "Engkau tidak menemukan kaum yang beriman kepada Allah
dan hari kiamat yang mengasihi orang-orang yang menentang Allah swt. dan
Rasulullah, walaupun orang tersebut ayah kandung, anak, saudara atau
keluarganya sendiri. Allah telah mematri keimanan di dalam hati mereka dan
Dia bekali pula dengan semangat. Allah akan memasukkan mereka ke dalam
surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, mereka akan kekal di
dalamnya. Akan menyenangi mereka, di pihak lain mereka pun senang dengan
Allah. Mereka itulah perajurit Allah, ketahuilah bahwa perajurit Allah
pasti akan beruntung. (Al-Mujadilah, 22)
Gagah dan Jujur:
Rasulullah saw. menjulukinya dengan seorang yang "Gagah dan Jujur".
Suatu ketika datang sebuah delegasi dari kaum Kristen menemui Rasulullah
saw. Mereka mengatakan, "Ya Ayah Kasim! Kirimkanlah bersama kami
seorang sahabatmu yang engkau percayai untuk menyelesaikan perkara
kebendaan yang sedang kami pertengkarkan, karena kaum muslimin di
pandangan kami adalah orang yang disenangi." Rasulullah saw. bersabda
kepada mereka, "Datanglah ke sini nanti sore, saya akan kirimkan
bersama kamu seorang yang 'gagah dan jujur'."
Dalam kaitan ini, Umar bin Khatab r.a. mengatakan, "Saya berangkat
hendak solat Zuhur agak cepat, sama sekali bukan karena ingin ditunjuk
sebagai delegasi, tetapi karena memang saya senang pergi solat cepat-cepat.
Setelah Rasulullah selesai mengimami salat Zuhur bersama kami, beliau
melihat ke kiri dan ke kanan. Saya sengaja meninggikan kepala saya agar
beliau melihat saya, namun beliau masih terus membalik-balik pandangannya
kepada kami. Akhirnya beliau melihat Abu Ubaidah bin Jarah, lalu beliau
memanggilnya sambil bersabada, 'Pergilah bersama mereka, selesaikanlah
kasus yang menjadi perselisihan di antara mereka dengan adil.' Lalu Abu
Ubaidah pun berangkat bersama mereka."
Sikapnya Dalam Peristiwa Saqifah:
Sepeninggalan Rasulullah saw. Umar bin Khatab r.a. mengatakan kepada Abu
Ubaidah bin Jarah di hari Saqifah, "Ulurkan tanganmu! Agar saya baiat
kamu, karena saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Sungguh di setiap
kaum terdapat orang jang jujur. Orang yang jujur di kalangan umatku adalah
Abu Ubaidah.' Lalu Abu Ubaidah menjawab, 'Saya tidak mungkin berani
mendahului orang yang dipercayai oleh Rasulullah saw. menjadi imam kita di
waktu salat, oleh sebab itu kita seyogianya membuatnya jadi imam
sepeninggal Rasulullah saw.
Jihadnya:
Abu Ubaidah bin Jarah r.a. ikut partisipasi dalam semua peperangan Islam,
bahkan selalu mempunyai andil besar dalam setiap peperangan tersebut. Dia
berangkat membawa pasukan menuju negeri Syam, dengan izin Allah dia
berhasil menaklukkan semua negeri tersebut.
Ketika wabak
penyakit Taun merajalela di negari Syam, Khalifah Umar bin Khatab r.a.
mengirim surat untuk memanggil kembali Abu Ubaidah. Namun Abu Ubaidah
menyatakan keberatannya sesuai dengan isi surat yang dikirimkannya kepada
khalifah yang berbunyi, "Hai Amirul Mukminin! Sebenarnya saya tahu,
kalau kamu memerlukan saya, akan tetapi seperti kamu ketahui saya sedang
berada di tengah-tengah askar muslimin. Saya tidak ingin menyelamatkan
diri sendiri dari musibah yang menimpa mereka dan saya tidak ingin
berpisah dari mereka sampai Allah sendiri menetapkan keputusannya terhadap
saya dan mereka. Oleh sebab itu, sesampainya surat saya ini, tolonglah
saya dibebaskan dari rencana baginda dan izinkanlah saya tinggal di sini."
Setelah Umar r.a. membaca surat itu, dia menangis, sehingga para hadirin
bertanya, "Apakah Abu Ubaidah sudah meninggal?" Umar menjawabnya,
"Belum, akan tetapi kematiannya sudah di ambang pintu."
Wafatnya:
Menjelang kematian Abu Ubaidah r.a. dia memesankan kepada serdadunya sbb.,
"Saya pesankan kepada kalian sebuah pesan, jika kalian terima, kalian
akan baik, 'Dirikanlah salat, bayar zakat, puasalah bulan Ramadan,
berdermalah, tunaikan ibadah haji dan umrah, saling nasihat menasihatilah
kalian, sampaikanlah nasihat kepada pimpinan kalian, jangan suka menipunya,
janganlah kalian terpesona dengan keduniaan, karena betapapun seorang
melakukan seribu upaya, dia pasti akan menemukan kematiannya seperti saya
ini. Sungguh Allah telah menetapkan kematian untuk setiap pribadi manusia,
oleh sebab itu semua mereka pasti akan mati. Orang yang paling beruntung
adalah orang yang paling taat kepada Allah dan paling banyak bekalnya
untuk akhirat...Assalamu alaikum warahmatullah'."
Kemudian beliau melihat kepada Muaz bin Jabal r.a. dan mengatakan, "Ya
Muaz! Imamilah solat mereka." Setelah itu, Abu Ubaidah r.a. pun
menghembuskan nafasnya yang terakhir. |